Senin, 13 Juni 2011

Bergantung padaNya

Anakku, ketika kau masih kecil
Dan hanya berjarak satu rengkuhan
Aku melindungimu dengan selimut
Melawan udara malam yang dingin

Tapi sekarang kau sudah besar
Dan diluar jangkauanku
Aku hanya dapat menangkupkan tangan
Dan melindungimu dengan doa

( Dona Maddux Cooper )


Besok besok , akan jadi apa ya anak saya?
Bagaimana ya kehidupannya kelak ?
Apakah ia akan sehat?
Apakah ia akan pintar?
Apakah ia akan berkecukupan?
Apakah ia akan bahagia?
Apakah ia mampu mengatasi segala sesuatunya?

Berapa ratus pertanyaan yang ada dibenak kita, ketika kita melihat anak anak kita?
Terus terang saya sangat terharu ketika saya menulis bab ini ( terlalu sentimental ya…?)
Saya begitu gembira mempunyai putri saya dalam kehidupan ini, ia membuat segala sesuatunya sempurna, walaupun banyak malam malam panjang tanpa tidur, ataupun kekhawatiran yang tidak ada habis habisnya, tapi saya tidak bisa dan tak mau menukarnya dengan apapun.  Kekhawatiran akan kehidupannya kelak ,ketakutan akan keselamatnnya. Dan sekarang saya mengerti airmata yang mengalir dari kedua mata ibu saya ketika saya menikah, melahirkan anak ataupun ketika kami harus mengakhiri kunjungan kami dan pulang, ia terus menganggap saya adalah bayi kecilnya. Sekarang ketika saya telah menjadi seorang ibu, hal itu baru saya sadari. Ketika bayi saya sakit, menangis, rasanya saya pun ikut sakit dan menangis, dan ketika ia tertawa dengan rasa puas dan bahagia, saya pun akan ikut berbahagia.
Saya percaya sekarang, jikalau anak adalah jantung hati kita, dan jantung hati yang ini tidak bisa tinggal diam dalam tubuh kita, namun jantung hati kita ini, berlari lari bebas menempuh jalannya sendiri. Saya sendiri terhenyak dengan pengertian ini.Betapa sulitnya kita “ melepas” jantung hati kita berjalan sendiri. Dan saya pun kini menyadari akan banyaknya aturan yang diberlakukan oleh orang tua kepada anaknya karena orangtua sungguh berharap yang terbaik bagi jantrung hatinya. Tapi sampai kapan kita bisa mengalungkan larangan pada lehernya ? sampai kapan kita bisa mengawasi mereka dengan kedua mata kita?agar mereka terhindar dari celaka? Maximal hanya sampai ketika mereka berada disekolah dasar. Setelah itu…?
Biarlah Tangan Tuhan yang membimbingnya.
Kepercayaan apapun yang kita anut, pastilah meminta umatNya untuk percaya dan berserah padaNya.
Berbuatlah sebaik yang bisa kita lakukan, dan mintalah Tuhan untuk berbuat akan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Tidak ada jaminan kalau anak kita akan selalu sehat dan bahagia, saat saat mendung, kelabu dan badai dalam hidupnya pasti kelak akan hadir.
Untuk itu bergantunglah kepadaNya, saya rasa tidak ada asuransi yang sempurna, serta tak bercacat cela yang bias mengcover kehidupan anak kita kecuali perlindungan Tuhan , untuk itu sedari kecil, ajaklah anak anak untuk menghayati nilai nilai spiritual yang dianut oleh keluarga masing masing , lalu terapkan dalam kehidupan kita. Ketika hendak makan, ketika hendak tidur, Bangun dari tidur, beraktifitas, biarlah sedari kecil mereka tahu bahwa ada PRIBADI YANG AGUNG dalam hidupnya yang sungguh sungguh bisa dia andalkan.
Tidak ada kata terlalu cepat untuk menanamkan nilai nilai spiritual tersebut.
Dan untuk kita para orangtua berimanlah dengan sungguh sungguh untuk menyerahkan bagian yang sungguh sungguh tidak bisa kita kerjakan kepada NYa.
Sehingga kita akan terhindar dari rasa frustasi yang tidak berkesudahan ataupun ketakutan yang berlebihan . Yang tentunya akan menghambat proses pendewasaan jantung hati kita.

Tidak ada komentar: