Jumat, 15 Juli 2011

Hati seekor elang


Pada suatu hari, ketika mengembara kemana mana, seorang perempuan dan anak lelakinya tiba di sebuah peternakan unggas. Anak laki laki itu begitu ingin tahu . Ia menekankan wajahnya ke pagar kawat berkarat yang membentengi ratusan ayam.
“Ibu, ada seekor ayam yang kelihatannya aneh dalam kandang ini. Ia tidak seperti ayam lainnya.”
Ketika perempuan itu memandangi burung yang ditunjukkan oleh anaknya, seorang laki laki berpakaian longgar dan kotor mendekati mereka.
“Apa yang kamu lakukan pada ayam ayamku?” Ia menggeram
“Cuma melihat saja.Tetapi, maukah anda memberitahu saya tentang burung ganjil yang berimpit impit disudut sana?” Ia tampak sangat berbeda dengan ayam ayam lainnya.Sesungguhnya, saya pikir, ayam itu mungkin adalah elang yang masih muda.”
“Tidak mungkin,”jawab sang petani.”Aku sudah memilikinya sejak ia baru menetas . Ia bertingkah dan makan seperti seekor ayam, karena itu ia adalah sekor ayam.”
“Bolehkah kami masuk ke kandang ini untuk melihatnya lebih dekat lagi?”
“Lakukan saja apa maumu,”gerutu laki laki itu.
Perempuan itu dan anaknya harus membungkuk agar bisa melewati pintu kandang. Ia berlutut dan menggendong burung itu.
“Kamu adalah seekor elang, bukan ayam. Kamu bisa terbang.Kamu bisa terbang bebas!”
Ia mengangkat burung itu diatas kepalanya dan membumbungkannya ke udara.
Burung itu mengepakkan sayapnya sekali, dua kali, namun jatuh tepat di paruhnya kelantai, kemudian mulai mengais lumpur. Petani itu menyaksikan dari sudut pagar, mendengus.”Sudah ku bilang. Burung itu adalah seekor ayam, hanya ayam biasa. Kamu ini buang buang waktu saja!”
Ketika pria itu berbalik, anak laki laki itu berteriak,”Maaf maukah Anda menjual nya kepada kami? Karena ia hanya ayam biasa, saya yakin Anda pasti tidak akan kehilangan dia.”
“Ya, boleh saja. Lima dolar harganya.”
Perempuan itu tahu bahwa jumlah tersebut kelewat mahal. Namun mata anaknya begitu memohon. Ia memberi laki laki itu uang. Anak laki laki itu lalu menggendong burung tersebut diperutnya, keluar dari kandang dan menuruni jalanan kotor berdebu. Ibunya mengikutinya ke puncak sebuah bukit kecil.
“Apa yang akan kamu lakukan?”
Anak laki laki itu tidak menjawab. Namun ia mengangkat burung muda itu setinggi tangannya dan membujuknya,” Kamu punya hati seekor elang. Saya tahu, kamu punya. Kamu baik baik saja dan makhluk yang sangat indah. Burung seperti kamu mestinya bebas. Terbang, burung, elangku, terbang!”
Aliran udara yang lembut menelisik di sela sela bulu burung tersebut. Perempuan itu menahan nafas saat putranya membumbungkan burung itu ke udara. Makhluk tersebut membentangkan sayapnya, menggetarkannya, dan seakan akan terbawa oleh doa hening mereka, terangkat.
Elang tersebut meluncur dengan lancar membuat sebuah lingkaran besar diatas mereka berdua, diatas pertanian tersebut, diatas seluruh lembah.
Perempuan itu dan puteranya tak pernah lagi melihat elang itu. Mereka tidak pernah tahu arah yang dituju hati sang elang. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa elang itu tak akan pernah kembali ke kehidupan seekor ayam.
( Dongeng Afrika)

Setiap anak lahir kedunia dengan bunga api yang unik . Kita, orang tua mereka, adalah pembawa nyala itu. Bahkan ketika nyala tersebut dikurangi menjadi bara mungil yang tersembunyi di dalam kayu, kita tetap bertanggung jawab untuk menyediakan angin yang akan membantunya menyala kembali. Seperti elang dalam dongeng tadi, semua anak perlu diakui, diperhatikan keunikannya untuk mengetahui bahwa mereka berarti. Mereka tidak Cuma menyukainya, mereka membutuhkan itu.

So..Parents Lihatlah…Akuilah..Hargailah..dan Lesatkanlah Keunikan anak anak kita….

Tidak ada komentar: