Rabu, 25 Mei 2011

Tetap Cerdas

Tidak pernah saya bayangkan sebelumnya , jikalau menjadi seorang ibu adalah suatu hal yang sangat rumit.Memang setiap wanita menerima anugrah untuk disebut ibu, dan pastinya secara alamiah ibu baru ini pasti akan bisa merwat anaknya, itu adalah naluri perempuan, dalam hal pengasuhan anak. Namun tidak sesederhana itu.
Sewaktu saya masih bekerja, saya banyak membaca buku buku yang menunjang pekerjaan . Saya membaca buku buku yang memotivasi saya untuk bekerja dengan lebih baik, berpikir secara terstruktur,berusaha mengikuti kursus supaya lebih update, berusaha menjaga relasi dengan sesama karyawan, dengan kolega dan juga dengan atasan kita, karena tanpa kerjasama yang baik dengan mereka semua pekerjaan kita akan jauh dari kata mudah.. Diluar itu saya juga banyak membaca, supaya lebih berpengertian dalam banyak hal. Namun semuanya berubah, ketika saya dinyatakan hamil, semua yang bersangkutan tentang pekerjaan saya sungguh tidak terlalu penting lagi seperti dulu., bahkan saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya untuk mempersipakan diri saya menjadi seorang ibu. Contohnya dengan banyak membaca buku buku panduan perkembangan bayi. Dan kemudian hari hari yang ditunggu datang sudah, ketika putri mungil kami hadir saya sungguh merasa sangat senang……………..!
Tak ada yang paling  saya nantikan, kecuali kembali kerumah bersama putri kecil kami.
Minggu minggu pertama  saya jalani dengan penuh kebahagian , juga ketakutan. Putri saya begitu mungil dan halus, saya takut jika tangan saya yang besar dan kasar ini dapat membuatnya celaka. Beruntung saya memiliki ibu yang sangat membantu, beliau mengajarkan saya banyak hal, tanpa berniat untuk menggurui. Dan saya pun berusaha untuk banyak mendapatkan informasi lewat buku buku tentang bayi, juga lewat internet dan juga melalui teman teman yang sudah terlebih dahulu menjadi ibu. Dan sama seperti kebanyakan para ibu, kita sering khawatir, namun alangkah bijaknya jika kita sedikit membuang kekhawatiran kita dan menempatkan kebijaksanaan. Yang tentunya akan  kita dapatkan jikalau kita mengetahui , apa yang sebenarnya memang diketahui oleh para ibu.
Kebanyakan dari kita menganggap bahwa, seorang ibu rumah tangga itu, bukan suatu profesi. “ Sekarang kerja dimana?” Ah…gak kerja, sekarang saya Cuma jadi ibu rumah tangga. Cuma ngurus anak dan ngurus rumah aja,Emm..jawaban itu sering saya sampaikan, jika ada yang bertanya pada saya tentang kegiatan saya sekarang. “Cuma” , saya seperti sedang menyepelekan peran saya sebagai ibu.Padahal , menjadi ibu yang notabene sebagai ibu rumah tangga itu, bukan lah suatu hal yang sepele. Saya melihat ibu saya menjadi ibu rumah tangga, dan saya tahu tingkat stress, dan kelelahan serta kebosanan yang pernah terjadi pada ibu saya. Kini ketika saya telah menjadi seorang ibu, hal itu sudah semakin jelas. Tapi kenapa sih saya harus terus bilang sama semua orang , Cuma dirumah aja, Cuma jadi ibu rumah tangga . Apa mata saya gak pernah melek melek tentang bagaimana sibuknya menjadi seorang ibu rumah tangga itu? Jikalau saya begitu ngotot untuk membuat diri saya ini bermutu tinggi untuk perusahaan saya dengan mengupdate begitu banyak hal. Lalu kenapa saya tidak pernah berpikir secara serius untuk membuat diri saya ini bermutu tinggi untuk anak saya dan mengupdate begitu banyak hal? TUhan menganugrahkan kita seorang anak, mungkin lebih.Tugas kita adalah membimbingnya dengan sebaik yang kita bisa lakukan. Hampir semua lapangan pekerjaan yang kita lakukan itu ada sekolahnya, minimal kursus, tapi apa ada sekolah untuk menjadi orang tua? Kursus kalaupun ada, dan nilai seperti apa yang bisa membuat kita menjadi orang tua yang baik, Apakah A, dan jika kita mendapatkan nilai E, apakah itu kita tidak bisa lulus menjadi orang tua? Saya banyak mengamati, bagaimana menjadi orangtua itu ternyata adalah pelajaran seumur hidup, semuanya ada tahapannya. Kalau kita memang menerima Anugrah untuk bisa menjadi ibu Rumah Tangga sepenuhnya, maka yang seharusnya kita lakukan adalah menghapus kata kata yang menyepelekan diri sendiri, CUMA, contohnya, kemudian kerahkanlah seluruh energy dan komitmen kita sepenuh penuhnya mungkin sebanyak yang akan anda kerahkan untuk karier yang lain.

Saya mendaftar beberapa PR saya , yang pada saat ini sepertinya menjadi sangat urgent buat saya, yang saya rasa dapat memperlengkapi diri saya untuk bisa menjadi ibu yang baik untuk putri saya dan teman hidup yang menentramkan untuk suami saya
  1. Banyak belajar bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik dengan banyak membaca buku
  2. Belajar bagaimana membuat tugas tugas kita sebagai ibu rumah tangga itu seefisien mungkin, dengan mengatur jadual .
  3. Belajar menjadi financial planer yang nota bene uangnya segitu gitu aja
  4. Belajarlah, menikmati kehadiran anak kita selama dua puluh jam
  5. Belajarlah untuk merencanakan nilai nilai yang penting kepada anak anak kita, Nilai mencintai TUhan, Nilai Sopan Sopan , Nilai Kecintaan pada tumpah darahnya, Nilai Kecintaan pada sesama.
  6. Belajarlah untuk mengajari anak anak kita menjadi manusia yang lemah lembut, namun memiliki karakter, tidak hanya IQ namun juga EQ yang baik
  7. Belajar menjadi dokter yang ketika anak anak sakit, kita tidak akan mudah panic, dan membuat kesalahan yang begitu fatal
  8. Belajar menjadi ahli gizi untuk seluruh anggota keluarga
  9. Belajar untuk menjadi tukang jahit, tukang reparasi perkakas dapur yang rusak
  10. Belajar menjadi koki, mengolah masakan menjadi yang paling enak, dan bergizi dengan uang kantong suami yang terbatas
  11. Belajar untuk menjadi penyanyi dadakan, tukang dongeng, jadi badut untuk menghiburnya
  12. Belajar untuk melek dengan apa yang terjadi diluar sana, dengan membaca berita, supaya kita lebih aware akan apa yang sedang happening
  13. Belajar untuk menghibur diri sendiri, kala suntuk, cape, stress, kesal, datang melanda,

Ternyata, banyak sekali yang harus saya pelajari….
Jadi apakah semua itu, tidak memerlukan energy dan komitmen yang besar dari kita? Apakah kita akan terus mendeskriditkan peran kita ini? Jikalau kita memang hanya berfokus pada banyaknya cucian, yang bertumpuk, botol susu yang harus segera dicuci, berperang dengan anak yang demikian sulitnya makan, sudah bisa dipastikan kita akan kehilangan banyak saat indah yang semestinya bisa kita dapatkan dari hari hari yang berlalu dan kemudian kita pun akan menyepelekan peran kita itu, namun mengasuh anak, tidak seperti itu. Sangatlah bijak untuk kita sebagai orangtua, terutama ibu untuk berpikir jauh kedepan. Ingat! Masa depan adalah anak anak kita, ketika kita melakukan yang terbaik untuk anak kita, bukankah kita menyumbangkan sesuatu yang sangat berharga untuk masa depan?
Apa jadinya jika generasi yang ada besok adalah mereka yang begitu mudah putus asa? Mereka yang tidak memiliki impian, Mereka yang begitu egois, Mereka yang begitu tergantung dengan fasilitas yang mewah, sehingga memerlukan tiga orang pembantu untuk menyiapkan makanan diatas meja? Mereka yang tidak memiliki harapan, meraka yang tidak memiliki iman?
Ayo ibu berbanggalah ! Jikalau Tuhan menganugrahkan peran ganda kepada kita, syukurilah. Jikalau TUhan menganugrahkan kita sebagai Ibu Rumah Tangga yang penuh waktu, nikmatilah… Tidak hanya cukup susu yang bermerk mahal dan makanan yang bergizi yang bisa membuat anak kita sehat, Makanan untuk jiwanya pun perlu kita siapkan, hingga ia dapat menjadi sehat dan berjiwa kuat.

Tidak ada komentar: